Sinopsis :
Belasan tahun yang lalu. Aku tidak tahu kenapa dia sangat membenciku. Satu hari sebelum pelantikan ketua osis. Alisa dengan tega berkeinginan membunuhku.
Penulis Cerita : Najwaa
STORY LANGSUNG TAMAT
Ini hampir tengah malam. Namun segenap rangkaian acara untuk pemilihan ketua osis besok masih belum selesai. Apalagi kepala sekolah kami yang baru, meminta agar ruang osis dipindahkan ke kelas paling ujung di lantai 2. Kelas yang terkenal angker. Aku cukup lelah hari ini, membaca buku mungkin bisa membuatku rileks.
BRAKK!!
�Rin kamu simpan map-map ini di ruang osis yang baru ya!� pinta Kak Renita.
�Lho kok aku sih kak...� suaraku sedikit gemetar.
�Anak cowoknya pada sibuk dilapangan. Ayo ah dari pada kayak nggak ada kerjaan.� Kata Kak Renita.
�Tapi kak...� aku masih ngeles.
�Kenapa? Takut?� sindir Kak Renita.
Ruang kelas itu memang sudah lama dikosongkan. Heran juga kenapa dikosongkan begitu saja, hingga tidak terurus. Pertama kali kami memasuki ruangan itu untuk bersih-bersih. Aku merasakan sedikit keanehan yang sulit digambarkan, seolah menyimpan banyak cerita suram.
Tap...Tap...Tap....
Suara langkah kakiku sangat terdengar karena koridor-koridor yang sangat sepi ini. Kemudian aku terhenti di depan kelas 3.6, ruang OSIS yang baru.
Ckreeettt....
Aku mulai membuka hendle pintu yang tak terkunci.
Kreeettt.....
Kemudian mulai melangkah memasuki ruangan yang agak gelap itu.
Aku memandangi sekelilingku. Gelap. Hawa yang tak mengenakkan. Dan seram.
Brak!
Aku menjatuhkan map-map itu keatas meja.
�Huf... Kenapa sih aku harus masuk ke kelas ini!�
Kreeeettt..... BRAAAKKKK!!!!..... CKLEK!!!
Pintu tertutup begitu saja. Tergedor keras hingga terkunci.
�Ya Tuhan... kenapa pintunya tertutup sendiri....�
Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Berusaha sedikit mengintip disela-sela jariku. Dan Wshh...
Aku tergelak kebelakang.
�Aaaaaa......�
Aku bersembunyi dibalik kursi. Entah apa tadi yang telah menghampiriku. Sosok itu. Menyeramkan.
�Ya Tuhan..tolong ak.u....�.
Aku mengambil ponsel dari saku jaketku. Berusaha mencari nomor Kak Renita.
�Kak! Tolong aku!�
�Kamu kenapa Rin?. Ok aku segera keatas!�
�Kamu siapa?! Jangan Ganggu aku!�
BRAKK!!
Suara donrakan pintu itu sangat keras. Kulihat Kak Renita memasuki ruangan ini.
�Rin?! Rin? Kmau kenapa?�
Wak...Wak...Wak... Suara gagak yang memekakan telinga.
Aku Tersadar di ruang UKS. Kulihat kak Renita masih menungguiku sambil memainkan ponselnya.
�Sudah sadar?� tanya kak renita.
�ia kak udah mendingan.�
�Yasudah kutinggal sebentar.�
�Eh kak aku ikut! Jangan tinggalin aku!� rengek ku pada kak Renita.
�OK lah yuk.�
�Stengah jam lagi harus sudah selesai!�
�Semua harus sudah rapi!�
�Iya Kak siap!�
�Eh.. Renita! Map nya tadi dimana ya? Ada yang ku butuhin satu.�
�Ehm.. diruang OSIS soalnya udah ditarok sama Rina.�
�Yaudah. Eh Faruq hafis kalian ambil mapnya ya!�
�Ok Kak!�
�Eh kak? Kita susul mereka yuk! Firasatku gaenak!�
�Iya kamu bener Rin mending kita susul mereka!�
TAP TAP TAP
�Eh kalian kenapa lari2?�
�Aku gak mau masuk kelas itu lagi!�
�Aku melihat cewek yang berdarah disitu!�
�Iya itu yang seperti kulihat tadi!�
�Ok2 kalian harus tenang. Ayo kita masuk bersama2 aja!�
TREK!
�Nah klo lampunya hidup kan enggak seram..�
�Hus jangan gitu!�
KREEEETTTT,,,,.... BRAKK!!
�Pintunya tertutup sendiri?!�
�Apa barusan ada angin kencang?!�
�Kita harus segera turun!�
GUCRAK! GUCRAK!
�Pintunya terkunci!�
�Kuncinya harusnya ada disini!�
�Dia ada disini!�
�??!!!!�
�AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA�
WSSSSSSS
�Siapa Kamu?!�
Sosok itu hanya diam. Wajahnya yang penuh darah itu hanya memandnagi kami dengan tatapan datar.
SRAKK. Dia menjatuhkan sebuah kertas. Kemudian menghilang.
�Sepertinya dia ingin meninggalkan pesan.�
�Hey lihat apa yang dia tulis!�
Belasan tahun yang lalu. Aku tak tahu mengapa dia sangat membenciku. Satu hari sebelum pelantikan ketua osis setelah jam pulang sekolah. Ia menekapku disini. Dia dengan tega membunuhku dengan tangannya sendiri.
�OK cukup. Sekarang kita pulang!. Kelas ini akan kita sulap menjadi ruangan yang layak untuk meeting OSIS. Kertas ini kita baw auntuk bukti!�
TREK lampu dimatikan.
Kami berjalan beriringan meninggalkan kelas itu.
Dan sosok itu hanya diam duduk diantara bangku-bangku kosong.
TAMAT
0 Comments
Post a Comment