Ibu dan ayahku telah bercerai seminggu yang lalu. Ibuku menuduh ayah berselingkuh. Aku pun memutuskan untuk tinggal bersama ibuku sekarang.
Hari ini, ulang tahun pernikahan mereka. Aku mencoba menyatukan cinta mereka lagi dalam sebuah makan malam berdua di sebuah restoran. Pasti suatu hal yang mengasyikkan.
Ibuku awalnya menolak dengan lantang namun perlahan dia melunak dan bergegas ke restoran dengan mengendarai mobil pada pukul 20.00 WIB.
Aku menunggu ibuku hingga tengah malam sembari duduk di ruang tamu. Ketika itu nampaknya ibu baru saja tiba. Aku sangat senang dan ingin mengetahui kelanjutan hubungan mereka. Namun...
"Ah... Sial, Kenapa sekarang baru ingin kencing? Lagipula ibu baru saja pulang," gumamku segera berlari ke kamar mandi.
Ketika di kamar mandi aku membayangkan keluarga kami utuh kembali. Senang rasanya. Aku pun melangkah keluar dari kamar mandi.
"Ibu... Gimana tadi?" Kataku sambil menghampirinya yang hendak masuk ke kamar.
Dia hanya tersenyum dan masuk ke kamar.
Tiba-tiba teleponku berdering dan segera kuangkat tanpa melihat namanya.
"Maafkan ayah, Nak. Ibu telah ayah bunuh. Sekarang ayah menyesal dan akan menyerahkan diri ke kantor polisi," kata seorang pria dari sisi lain telepon.
Aku terpaku, keringat dingin bercampur air mata bercucuran. Teleponku terjatuh dan aku segera membuka kamar ibuku. Aku terjatuh kala tidak ada siapa-siapa disana.
Nama pembuat : Muhammad Syauqi
Hari ini, ulang tahun pernikahan mereka. Aku mencoba menyatukan cinta mereka lagi dalam sebuah makan malam berdua di sebuah restoran. Pasti suatu hal yang mengasyikkan.
Ibuku awalnya menolak dengan lantang namun perlahan dia melunak dan bergegas ke restoran dengan mengendarai mobil pada pukul 20.00 WIB.
Aku menunggu ibuku hingga tengah malam sembari duduk di ruang tamu. Ketika itu nampaknya ibu baru saja tiba. Aku sangat senang dan ingin mengetahui kelanjutan hubungan mereka. Namun...
"Ah... Sial, Kenapa sekarang baru ingin kencing? Lagipula ibu baru saja pulang," gumamku segera berlari ke kamar mandi.
Ketika di kamar mandi aku membayangkan keluarga kami utuh kembali. Senang rasanya. Aku pun melangkah keluar dari kamar mandi.
"Ibu... Gimana tadi?" Kataku sambil menghampirinya yang hendak masuk ke kamar.
Dia hanya tersenyum dan masuk ke kamar.
Tiba-tiba teleponku berdering dan segera kuangkat tanpa melihat namanya.
"Maafkan ayah, Nak. Ibu telah ayah bunuh. Sekarang ayah menyesal dan akan menyerahkan diri ke kantor polisi," kata seorang pria dari sisi lain telepon.
Aku terpaku, keringat dingin bercampur air mata bercucuran. Teleponku terjatuh dan aku segera membuka kamar ibuku. Aku terjatuh kala tidak ada siapa-siapa disana.
Nama pembuat : Muhammad Syauqi
0 Comments
Post a Comment